Notifikasi
Tidak ada notifikasi baru.

MODUL SAINS PEMBELAJARAN MADRASAH IBTIDAIYAH

MODUL SAINS PEMBELAJARAN MADRASAH IBTIDAIYAH,MODUL PEMBELAJARAN SAINS MADRASAH IBTIDAIYAH,MODUL PKB MI,MODUL MI,SAINS MI,

PELAJAR MEDIA - MODUL SAINS PEMBELAJARAN MADRASAH IBTIDAIYAH

Pendidikan merupakan kegiatan yang sangat penting dalam mencerdaskan kehidupan suatu negara, oleh karena itu harus dilaksanakan secara profesional. Instruktur profesional harus memiliki kompetensi pendidikan, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional, sesuai dengan Pasal 10 ayat (1) Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 yang mengatur tentang Guru dan Dosen. Keempat kompetensi tersebut bersifat komprehensif dan merupakan satu kesatuan yang membedakan instruktur profesional dengan tipe pendidik lainnya. Seorang guru perlu terus menerus meningkatkan kompetensi dan kinerjanya agar dapat melaksanakan tugas profesionalnya dengan baik. Hal ini dapat dicapai melalui Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) guru.

Gambar 1.1. MODUL SAINS PEMBELAJARAN MADRASAH IBTIDAIYAH - PELAJAR MEDIA

KKG/MGMP/MGBK, Kanwil Kemenag Provinsi, dan Kemenag Pusat semuanya terlibat dalam pelaksanaan PKB bagi guru madrasah, sesuai pendekatan yang digariskan Direktorat Guru dan Tenaga Kependidikan Madrasah. (DMEP). diperlukan modul untuk mendukung program sebagai alternatif sumber bahan ajar bagi pengajar yang sedang mempelajari materi pelajaran, merancang pembelajaran dan cara penyampaiannya, mengembangkan LKS, mengembangkan instrumen penilaian dan mengevaluasi proses dan hasil pembelajaran.

Berikut adalah tujuan dari modul ini:

  1. Meningkatkan kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional guru melalui keikutsertaan dalam kegiatan PKB.
  2. Meningkatkan akurasi hasil Evaluasi Kompetensi Guru (AKG).
  3. Mengajar guru bagaimana memahami karya ilmiah, mendeteksi kemampuan yang muncul dalam karya ilmiah dalam pembelajaran sains, dan menciptakan metode dan kompetensi lainnya adalah keterampilan penting yang harus dimiliki.

Berikut manfaat yang akan direalisasikan:

  1. Sebagai sumber belajar bagi pengajar yang menggunakan PKB untuk mencapai tujuan tertentu, misalnya kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional.
  2. Sebagai nara sumber bagi pengajar dalam pengembangan kurikulum, pembuatan bahan ajar, dan pelaksanaan pembelajaran pendidikan
  3. Digunakan sebagai sumber untuk melakukan penilaian diri guru dalam konteks pengembangan dan kemajuan profesional.
  4. Hasil belajar siswa dan proses penilaian dan evaluasi dipertimbangkan saat merancang dan melaksanakan penilaian dan evaluasi.

Berikut adalah tujuan dari modul ini:

  1. Fasilitator di tingkat nasional, provinsi, dan kabupaten/kota
  2. Posisi kedua adalah Pengawas Madrasah.
  3. Pimpinan Madrasah
  4. Staf KKG/MGMP/Kepala MGBK
  5. Posisi seorang guru
  6. Peserta didik adalah nomor enam.

Mengikuti saran belajar di bawah ini akan memastikan bahwa Anda berhasil dalam belajar dan berlatih untuk modul ini.

  1. Bacalah pendahuluan dengan cermat sampai Anda memahami tujuan keseluruhan Unit Studi ini.
  2. Tinjau dengan cermat bagian tujuan kompetensi untuk memastikan bahwa Anda memiliki pemahaman menyeluruh tentang tujuan kompetensi yang harus dipenuhi oleh Anda dan siswa Anda.
  3. Kegiatan pembelajaran untuk memenuhi setiap Satuan Pembelajaran dilakukan secara tatap muka dalam Kegiatan In Service Learning yang dilaksanakan di lapangan. 1. Kegiatan ini dilakukan secara tatap muka dengan fasilitator dan rekan sejawat dalam rangka mengkaji materi yang telah mereka siapkan. Perlu dilakukan analisis kurikulum dan analisis hasil belajar siswa dari nilai Ujian Nasional (UN) atau sumber lain guna mengidentifikasi persyaratan kompetensi siswa.
  • Menelaah substansi bahan ajar dan mendiskusikan bahan ajar yang menantang atau berpotensi menimbulkan kesalahpahaman.
  • Kapasitas madrasah serta karakteristik siswa harus dipertimbangkan saat merancang pembelajaran.
  • Meneliti dan mengembangkan LKPD.
  • Perencanaan pengembangan alat untuk mengevaluasi proses dan hasil pembelajaran
  • Dalam kegiatan ini, strategi pengumpulan data dapat ditetapkan dan diterapkan untuk diubah menjadi proyek Penelitian Tindakan Kelas.

4. Uji pencapaian kompetensi Anda dengan menyelesaikan soal-soal tes formatif dan kemudian bandingkan jawaban Anda dengan kunci jawaban yang disediakan di bagian penutup Unit Pembelajaran ini.
5. Melakukan evaluasi independen untuk menentukan tercapai atau tidaknya tujuan kompetensi.

A. Pengantar

Secara tradisional, pembelajaran IPA menekankan pada penyampaian informasi, dan melakukan verifikasi (pembuktian) suatu konsep/hukum/teori melalui pengamatan dan atau eksperimen di laboratorium. Pembelajaran semacam itu memang dirasa lebih praktis dan penyampaian materi kepada siswa dapat dilakukan lebih cepat. Namun, proses tersebut lebih membuat siswa menjadi “konsumen” ilmu pengetahuan, bukan “produsen” ilmu pengetahuan.

Kondisi semacam ini dapat menyebabkan kreativitas siswa kurang tergali dan berbagai keterampilan proses sains pada siswa kurang terlatih. Oleh karena itu, guru perlu diperkuat dalam menerapkan metode ilmiah yang dapat mendukung peningkatan keterampilan proses sains pada siswa.

Belajar di dalam kelas merupakan aktivitas untuk mengkonstruksi bangunan pengetahuan baru melalui aktivitas pembelajaran yang bermakna. Secara lebih spesifik, dalam pembelajaran IPA, guru harus diyakinkan bahwa mengajarkan IPA mestinya mengikuti pola bagaimana IPA dijalankan (Teach Science as Science is Done - Lawson). Dengan demikian langkah-langkah pembelajaran akan dimulai dari bertanya, membuat hipotesis/dugaan, menguji dugaan, merekam data dan membuat kesimpulan.

Konsep IPA tidak hanya diperoleh melalui kerja ilmiah atau metode ilmiah, terdapat metode lain untuk memperoleh pengetahuan, teori, konsep IPA. Metode yang dilakukan selain metode ilmiah diantaranya menggunakan intuisi matematika seperti yang dilakukan oleh Newton saat menemukan Kalkulus dan Hukum Tentang Gerak, atau Einstein saat merumuskan Relativitas Khusus dan Umum. Selain itu, konsep IPA juga bisa diperoleh dari simulasi dan komputasi dengan bantuan superkomputer.

B. Aplikasi dalam Kehidupan

Dalam kehidupan sehari-hari kita akan menemukan berbagai permasalahan yang mengharuskan kita untuk bertanya, menduga, membuktikan, dan menginformasikan kepada orang yang membutuhkan informasinya. Tentu saja, kerja ilmiah ini akan sangat berguna dalam menghadapi masalah di dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai contoh, ketika kita sakit gigi, kerja ilmiah yang dapat dilakukan. Pertama, kita bisa menentukan obyek penelitian yaitu gigi kita.

Kemudian kita mengidentifikasi permasalahan dengan menuliskan masalah yang kita hadapai yaitu gigi sedang sakit, tapi kita tidak tahu apa penyebabnya. Selanjutnya kita menetapkan kerangka berpikir yakni kita ingin mencari tahu penyebab gigi kita sakit sehingga kita menetapkan beberapa parameter pengujian untuk mengetahui penyebabnya. Tahap selanjutnya adalah menduga atau berhipotesis mengenai sakit pada gigi kita. Dugaan bisa dinyatakan dengan sakit gigi karena ada makanan yang tersangkut. Proses selanjutnya, melakukan penelitian untuk membuktikan hipotesis. kita pergi ke dokter untuk memeriksakan gigi kita. Menyusun hipotesis baru berdasarkan penelitian jika hipotesis yang lama kurang tepat. Setelah melalui pemeriksaan dokter, ternyata tidak ditemukan makanan yang menyangkut, tapi ada bagian gigi yang sudah membusuk.

Menjelaskan hasil penelitian, kita mengetahui bahwa gigi kita ternyata sudah membusuk. Menyajikan kesimpulan dari penelitian yang dilakukan kepada orangtua atau orang yang bertanggung jawab kepada diri kita.

Berikut PELAJAR MEDIA sampaikan LINK Download MODUL SAINS PEMBELAJARAN MADRASAH IBTIDAIYAH di bawah ini:

1. Sains UP 1 - 4 rev

2. Sains UP 5 _ 6 rev

3. Sains UP 7 _ 8 rev

4. Sains UP 9-10 rev

ADMINISTRASI BERITA TERKINI PKB