KESETARAAN GENDER, DISABILITAS DAN INKLUSI SOSIAL - GENDER EQUALITY, DISABILITY AND SOCIAL INCLUSION (GEDSI)
PELAJAR MEDIA - KESETARAAN GENDER, DISABILITAS DAN INKLUSI SOSIAL - GENDER EQUALITY, DISABILITY AND SOCIAL INCLUSION (GEDSI)
- Mencapai Kesetaran Gender
- Disabillitas
- Inklusi Social
Ketimpangan dalam akses ke media seperti internet, radio, dan televisi, serta sarana komunikasi lainnya semuanya dapat berdampak pada sejauh mana siswa dapat berpartisipasi penuh dalam pendidikan mereka sebagai akibat dari GEDSI. Berikut beberapa penyebabnya:
- Gender
- Geografi, Keterpencilan
- Kemiskinan, Mata pencarian
- Acces ke internet, radio, TV
- Migrasi, Relokasi/ Penggusuran, Penahanan/ Pemenjaraan
- Bahasa, Budaya, Suku Bangsa
- Disibilitas
Gambar 1.1. GEDSI - Pelajar Media |
Mengapa harus memperkuat GEDSI
Komitmen internasional terhadap kesertaran gender (Pendidikan untuk Semua, SDGs 4)/Tujuan Pembangunan Berkelanjutan) harus didukung oleh pemerintah Indonesia. Membantu Kemdikbud dan Kemenag dalam mengimplementasikan kebijakan nasional GEDSI untuk memenuhi target. Kesetaran Gender dan Hak Asasi Manusia GEDSI didukung oleh INOVASI Tahap II Di setiap tingkat SDGs, ini sedang dilaksanakan. SDG menargetkan bahwa pada tahun 2030, semua anak perempuan dan laki-laki memiliki akses ke pendidikan dasar dan menengah gratis berkualitas tinggi yang mengarah pada kesuksesan seumur hidup.
Indikator SDG 4: Sejauh mana (i) pendidikan kewarganegaraan global & (ii) Pendidikan utk pembangunaan berkelanjutan, termasuk keseetaraan gender & hak asasi manusia, diarusutamakan di semua tingkatan dalam: (a) kebijakan penddidikan Nasional, (b) kurikulum, (c ) pendidikn guru & (d) penilaian siswa.
Sekolah/ Madrasah yg responsif terhadap gedsiPelayanan
- Pendidikan tersedia untuk semua siswa, tanpa memandang jenis kelamin.
- Terlepas dari kenyataan bahwa metode dan materi pengajaran dapat bervariasi, semua siswa, pria dan wanita, mendapatkan tingkat perhatian dan pengajaran yang sama.
- murid laki-laki dan perempuan dapat mengamati dunia tanpa bias atau diskriminasi gender.
- Murid perempuan dan laki-laki sama-sama telah mencapai tingkat prestasi yang sama, setelah mendapatkan contoh dari guru.
- Tidak menggunakan kekerasan fisik dan non fisik, serta pelecehan seksual terhadap murid, baik laki-laki maupun perempuan
Sarana & Prasarana
- Penyediaan Toilet: • Jumlah toilet proporsional untuk siswa perempuan dan laki-laki; • Siswa perempuan dan laki-laki memiliki fasilitas toilet/sanitasi yang terpisah dan layanan instruksi Manajemen Kebersihan Menstruasi;
- Prasarana Sekolah Responsif GEDSI Ada ruang layanan terpisah untuk siswa laki-laki dan perempuan, serta mushola untuk siswa dari kedua jenis kelamin.
Gambar 1.3. Sarana & Prasarana Sekolah/ Madrasah |
- Sebagian besar Madrasah memiliki akses dasar atau cukup terhadap air minum bersih dan hanya 30% madrasah yang tidak.
- 50% memiliki akses sanitasi dasar atau fasilitas sanitasi yang memadai yang dibagi berdasarkan jenis kelamin, sedangkan 50% lainnya memiliki akses minimal atau tidak sama sekali terhadap fasilitas sanitasi dalam bentuk apa pun.
- 56% orang dapat mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun. Meski 44% madrasah tidak memiliki atau tidak mengoperasikan fasilitas cuci tangan, masih ada beberapa sekolah yang memiliki (air tidak mengalir dan tidak ada sabun).
Partisipasi Masyarakat:
- Sekolah dan masyarakat yang bekerja sama untuk menerapkan hubungan sekolah responsif GEDSI dikatakan memiliki keterlibatan masyarakat sekolah responsif GEDSI yang baik.
- Untuk mempromosikan pelaksanaan sekolah responsif GEDSI, orang tua (ayah dan ibu) menjalin kontak dengan sekolah.
Diskriminasi berdasarkan disabilitas dan stereotip gender
- Perempuan & anak perempuan sering digambarkan dalam sastra dan seni sebagai orang yang tidak berdaya, lemah lembut, dan penurut. Sebagian besar tugas mereka adalah dalam kapasitas domestik, pengasuhan anak, dan rumah tangga.
- Banyak peran laki-laki di media berfokus pada kemampuan mereka untuk bertindak tegas dan tegas dalam menghadapi tantangan.
- Ilustrasi dalam buku teks sains, misalnya, seringkali hanya memperlihatkan anak laki-laki yang melakukan eksperimen sains.
- Banyak karakter bernama dalam buku teks adalah anak laki-laki dan laki-laki. Pelajaran sejarah umumnya menyebutkan peran laki-laki dalam peristiwa dan narasi sejarah nasional, padahal seringkali ada banyak tokoh perempuan penting juga.
- Penggambaran positif & non-stereotip dari anak permpuan & anak laki-laki penyandang disabilitas sebagai anggota masyarakat yg produktif sangat kurang dlm materi.
Contoh Stereotip Gender dlm Buku Teks Sains
Gambar 1.4. Contoh Stereotip Gender dalam Buku Teks Sains |
- Satu buku pelajaran menampilkan sekelompok tiga teman, yang terdiri dari dua siswa perempuan dan seorang siswa laki-laki.
- Satu perempuan digambarkan sebagai seseorang yang membuat kesalahan berulang seperti menyentuh wajan panas atau tidak mematikan lampu di malam hari.
- Siswa perempuan lainnya selalu mengajukan pertanyaan, sementara siswa laki-laki memiliki peran siswa yang kompeten yang selalu tahu jawaban yang tepat, yang ia jelaskan kepada teman-teman sekelasnya.
Modul Kelas 1, Tema: Diriku, Sub Tema: Perasaanku
- Misalnya, guru dapat memimpin kelas melalui kegiatan di mana mereka membuat poster sendiri untuk menunjukkan karir berbeda yang dapat dipilih oleh laki-laki dan perempuan, termasuk panutan inspirasional perempuan dan laki-laki.
- Menunjukkan perempuan dan laki-laki dalam peran yang berbeda (misalnya, laki-laki sebagai pengasuh, perempuan sebagai mencari nafkah).
Penguatan
- Mengetahui variasi dan ragam anak merupakan langkah awal dalam menyikapi kebutuhannya.
- Penting untuk memilih dan menciptakan media pendidikan (seperti puisi, musik, cerita lisan, dan novel) yang tidak mendorong stereotip gender, kekerasan, atau konotasi negatif yang menyertai disabilitas.
- Pertimbangkan kebutuhan anak-anak, gangguan, dan kepekaan gender sambil mengembangkan beragam metodologi pembelajaran untuk mempromosikan lingkungan belajar yang inklusif.
Proses Penerapan GEDSI
- Strategi Penguatan Kelembagaan
- Pendampingan (advokasi dan fasilitasi),
- Pemetaan Potensi dan Kelompok Kerja (Pokja)
- Sekolah Madrasah yg berpedoman pada GEDSI
- Pengembangan Materi dan Media Komunikasi Informasi dan Pendidikan (KIE)
- Pengembangan Jaringan/ Sistem Informasi
- Menjalin Komunikasi dengan Instansi Pemerintah atau Lembaga Lain
- Mengevaluasi Keberhasilan Implementasi GEDSI.