Notifikasi
Tidak ada notifikasi baru.

DASAR HUKUM / DALIL DAN TATA CARA PELAKSANAAN SHALAT NISFU SYA'BAN

DASAR HUKUM / DALIL DAN TATA CARA PELAKSANAAN SHALAT NISFU SYA'BAN, NISFU SYA'BAN, DALIL NISFU SYA'BAN, DASAR HUKUM DAN TATA CARA SHALAT NUSFU SYA'BAN

PELAJAR MEDIA - Nisfu Sya'ban yang jatuh pada hari Jumat, 18 Maret 2022, disarankan agar umat Islam memperkuat amalan sunnahnya, salah satunya dengan mengerjakan shalat sunnah Nisfu Syaban.


DASAR HUKUM

Salah satu kebiasaan yang dilakukan umat Islam pada malam Nisfu Sya'ban adalah memperbanyak shalat malam. Beberapa mereka capai sendiri, sementara yang lain dilakukan secara berjamaah.

Hal ini mereka lakukan semata-mata karena mengharapkan kenikmatan dari Allah SWT, sebagaimana dijelaskan oleh berbagai hadits hasan li ghairihi yang diberikan oleh Imam Tirmidzi dalam Sunan-nya. Namun menurut pihak lain, perilaku tersebut tidak pernah ditunjukkan oleh Nabi Muhammad SAW sehingga dianggap sebagai sebuah kebid’ahan.

Uraian dasar ini akan mencoba mendeskripsikan sudut pandang Imam Ibnu Taimiyah, seorang ulama yang sudut pandangnya sering dimanfaatkan oleh kelompoknya untuk mengubah beberapa perilaku yang mereka yakini telah ditunjukkan oleh Nabi.

Ibnu Taimiyah menulis berikut ini dalam Majmuk Fatawa-nya:

وَأَمَّا لَيْلَةُ النِّصْفِ فَقَدْ رُوِيَ فِي فَضْلِهَا أَحَادِيثُ وَآثَارٌ وَنُقِلَ عَنْ طَائِفَةٍ مِنْ السَّلَفِ أَنَّهُمْ كَانُوا يُصَلُّونَ فِيهَا فَصَلَاةُ الرَّجُلِ فِيهَا وَحْدَهُ قَدْ تَقَدَّمَهُ فِيهِ سَلَفٌ وَلَهُ فِيهِ حُجَّةٌ فَلَا يُنْكَرُ مِثْلُ هَذَا

Artinya, “Adapun (shalat) pada malam nisfu Sya‘ban, maka banyak hadits serta atsar dari sahabat yang menyebutkan keutamaannya. Dikutip dari segolongan ulama salaf bahwa mereka melakukan shalat pada malam nisfu Sya‘ban. Maka shalat yang dilakukan seseorang pada malam tersebut secara sendirian telah dicontohkan oleh para ulama salaf, amalan tersebut mempunyai dalil sehingga tidak perlu diingkari.”

Pernyataan ini menunjukkan bahwa menghidupkan kembali malam Nisfu Sya'ban dengan memperbanyak shalat merupakan amalan sunnah yang memiliki landasan kokoh dan banyak terdapat dalam hadits Nabi dan atsar para sahabatnya. Lalu bagaimana jika doa itu diucapkan di depan umum? Pandangan Ibnu Taimiyah adalah sebagai berikut.

وَأَمَّا الصَّلَاةُ فِيهَا جَمَاعَةً فَهَذَا مَبْنِيٌّ عَلَى قَاعِدَةٍ عَامَّةٍ فِي الِاجْتِمَاعِ عَلَى الطَّاعَاتِ وَالْعِبَادَاتِ فَإِنَّهُ نَوْعَانِ أَحَدُهُمَا سُنَّةٌ رَاتِبَةٌ إمَّا وَاجِبٌ وَإِمَّا مُسْتَحَبٌّ كَالصَّلَوَاتِ الْخَمْسِ وَالْجُمُعَةِ وَالْعِيدَيْنِ. وَصَلَاةِ الْكُسُوفِ وَالِاسْتِسْقَاءِ وَالتَّرَاوِيحِ فَهَذَا سُنَّةٌ رَاتِبَةٌ يَنْبَغِي الْمُحَافَظَةُ عَلَيْهَا وَالْمُدَاوَمَةُ. وَالثَّانِي مَا لَيْسَ بِسُنَّةِ رَاتِبَةٍ مِثْلَ الِاجْتِمَاعِ لِصَلَاةِ تَطَوُّعٍ مِثْلَ قِيَامِ اللَّيْلِ أَوْ عَلَى قِرَاءَةِ قُرْآنٍ أَوْ ذِكْرِ اللَّهِ أَوْ دُعَاءٍ. فَهَذَا لَا بَأْسَ بِهِ إذَا لَمْ يُتَّخَذْ عَادَةً رَاتِبَةً

Artinya, “Adapun shalat berjamaah pada malam tersebut, maka hal ini masuk dalam keumuman dalil yang menganjurkan berkumpul untuk ketaatan dan ibadah. Rinciannya dapat dibagi dua, pertama, shalat untuk dibiasakan. Shalat jamaah seperti ini sangat dianjurkan dilakukan untuk shalat wajib ataupun sunah seperti shalat yang lima waktu, shalat Jumat, shalat hari raya, shalat gerhana, istisqa’, dan tarawih. Maka shalat-shalat ini sangat dianjurkan untuk dijaga dan dirutinkan. Kedua, tidak sunah untuk dibiasakan, seperti berkumpul untuk melakukan shalat sunah secara berjamaah seperti qiyamul lail, membaca Al-Quran, berzikir, dan berdoa secara berjamaah. Namun hal ini tidak masalah jika tidak dijadikan sebagai kebiasaan (rutinitas).

Dari keterangan di atas dapat kita simpulkan bahwa mengkhususkan amalan berupa shalat pada malam nisfu Sya’ban tidaklah terlarang. Meskipun hadits-hadits yang menjelaskan keutamaannya banyak yang dhaif, tapi tingkat kedhaifannya tidak terlalu parah sehingga masing-masing hadits tersebut bisa menguatkan hadits dhaif lainnya untuk naik ke derajat hasan li ghairihi. Ungkapan Imam Ibnu Taimiyah di atas juga dikutip oleh Sayyid Muhammad bin Alwi Al-Maliki dalam karyanya Ma Dza fi Sya’bān.

TATA CARA PELAKSANAAN

Mengutip dari NU Online, dalam rilis tersebut disebutkan bahwa Nisfu Syaban merupakan waktu ditutupnya buku catatan perjalanan hidup setiap manusia dan akan dibuka lembaran buku baru untuk tahun yang akan datang.

Adapun tata cara pelaksanaan salat Nisfu Syaban adalah sebagai berikut.

1. Niat

Berikut bacaan niat salat sunnah Nisfu Syaban.

اُصَلِّىْ سُنَّةً نِصْفُ شَعْبَانَ رَكْعَتَيْنِ لِلّٰهِ تَعَالَى

Usholli sunnatan nisfu sya'baana rak'ataini lillahi ta'ala.

Artinya: "Saya berniat salat sunah nisfu Syaban dua rakaat karena Allah Ta'ala."

Bisa juga membaca niat sholat malam nisfu sya'ban seperti di bawah.

Lafadz Niat Sholat Malam Nisfu Sya'ban

اُصَلِّىْ سُنَّةَ لَيْلَةِ نِصْفُ شَعْبَانَ رَكْعَتَيْنِ لِلّٰهِ تَعَالَى

Usholli sunnata lailati nisfu sya'baana rok'ataini lillahi ta'alaa

Artinya:

"Saya sholat sunnat malam Nisfu Sya'ban dua rakaat karena Allah Ta'ala"


Selanjutnya untuk tata cara mengerjakan sholat nisfu Sya'ban adalah sebagai berikut:

  1. Membaca Niat Sholat Nisfu Sya'ban
  2. Pada rakaat pertama sesudah Al-fatihah membaca surat Al-Kafirun.
  3. Pada rakaat ke dua sesudah Al-fatihah membaca surat Al-Ikhlas,
  4. Kemudian mengucapkan salam.

Setelah sholat selesai, di anjurkan untuk membaca surat Yaasin sebanyak tiga kali (3x) dengan niat sebagai berikut.

  1. Pada bacaan surat Yaasin pertama diniatkan untuk memohon umur panjang yang semata-mata hanya beribadah kepada Allah SWT.
  2. Pada bacaan surat Yaasin yang ke dua diniatkan untuk memohon rezeki yang banyak dan halal untuk bekal beribadah kepada Allah SWT.
  3. Pada bacaan Yaasin yang ketiga diniatkan memohon keteguhan iman.

Setelah itu kemudian membaca doa Nisfu Sya'ban. berikut adalah bacaan doa nisfu sya'ban lengkap beserta latin dan terjemahnya

Bacaan Doa Nisfu Sya'ban

اَللّٰهُمَّ يَا ذَا الْمَنِّ وَلَا يُمَنُّ عَلَيْكَ يَا ذَا الْجَلَالِ وَالإِكْرَامِ يَا ذَا الطَوْلِ وَالإِنْعَامِ لَا إِلٰهَ إِلَّا أَنْتَ ظَهْرَ اللَّاجِيْنَ وَجَارَ المُسْتَجِيْرِيْنَ وَمَأْمَنَ الخَائِفِيْنَ 


اللّٰهُمَّ إِنْ كُنْتَ كَتَبْتَنِيْ عِنْدَكَ فِيْ أُمِّ الكِتَابِ شَقِيًّا أَوْ مَحْرُومًا أَوْ مُقْتَرًّا عَلَيَّ فِي الرِزْقِ، فَامْحُ اللّٰهُمَّ فِي أُمِّ الكِتَابِ شَقَاوَتِي وَحِرْمَانِي وَاقْتِتَارَ رِزْقِيْ، وَاكْتُبْنِيْ عِنْدَكَ سَعِيْدًا مَرْزُوْقًا مُوَفَّقًا لِلْخَيْرَاتِ فَإِنَّكَ قُلْتَ وَقَوْلُكَ الْحَقُّ فِيْ كِتَابِكَ المُنْزَلِ عَلَى لِسَانِ نَبِيِّكَ المُرْسَلِ "يَمْحُو اللهُ مَا يَشَاءُ وَيُثْبِتُ وَعِنْدَهُ أُمُّ الكِتَابِ" وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمـَّدٍ وَعَلَى اٰلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ العَــالَمِيْنَ

Allâhumma yâ dzal manni wa lâ yumannu ‘alaik, yâ dzal jalâli wal ikrâm, yâ dzat thawli wal in‘âm, lâ ilâha illâ anta zhahral lâjîn wa jâral mustajîrîn wa ma’manal khâ’ifîn.

Allâhumma in kunta katabtanî ‘indaka fî ummil kitâbi syaqiyyan aw mahrûman aw muqtarran ‘alayya fir rizqi, famhullâhumma fî ummil kitâbi syaqâwatî wa hirmânî waqtitâra rizqî, waktubnî ‘indaka sa‘îdan marzûqan muwaffaqan lil khairât. Fa innaka qulta wa qawlukal haqqu fî kitâbikal munzal ‘alâ lisâni nabiyyikal mursal, “yamhullâhu mâ yasyâ’u wa yutsbitu, wa ‘indahû ummul kitâb” wa shallallâhu ‘alâ sayyidinâ muhammad wa alâ âlihî wa shahbihî wa sallama, walhamdu lillâhi rabbil ‘alamîn.

Artinya, “Wahai Tuhanku yang maha pemberi, engkau tidak diberi. Wahai Tuhan pemilik kebesaran dan kemuliaan. Wahai Tuhan pemberi segala kekayaan dan segala nikmat. Tiada tuhan selain Engkau, kekuatan orang-orang yang meminta pertolongan, lindungan orang-orang yang mencari perlindungan, dan tempat aman orang-orang yang takut.

Tuhanku, jika Kau mencatatku di sisi-Mu pada Lauh Mahfuzh sebagai orang celaka, sial, atau orang yang sempit rezeki, maka hapuskanlah di Lauh Mahfuzh kecelakaan, kesialan, dan kesempitan rezekiku. Catatlah aku di sisi-Mu sebagai orang yang mujur, murah rezeki, dan taufiq untuk berbuat kebaikan karena Engkau telah berkata–sementara perkataan-Mu adalah benar–di kitabmu yang diturunkan melalui ucapan Rasul utusan-Mu, ‘Allah menghapus dan menetapkan apa yang Ia kehendaki. Di sisi-Nya Lauh Mahfuzh.’ Semoga Allah memberikan shalawat kepada Sayyidina Muhammad SAW dan keluarga beserta para sahabatnya. Segala puji bagi Allah SWT.”

Doa ini tertera dalam Kitab Maslakul Akyar karya Mufti Betawi Sayyid Utsman bin Yahya, (Lihat Sayid Utsman, Maslakul Akhyar, [Jakarta, Al-Aidrus: tanpa catatan tahun], halaman 78-80). Dhamir mufrad pada doa ini dapat diganti menjadi dhamir jamak bila dibaca berjamaah. Wallahu a‘lam.


Sumber: nu.or.id

Baca juga:

DASAR HUKUM / DALIL DAN TATA CARA PELAKSANAAN SHALAT NISFU SYA'BAN DISINI

DASAR HUKUM / DALIL DAN TATA CARA PELAKSANAAN SHALAT TASBIH DISINI

BERITA TERKINI